Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

2 - 0

Gambar
HUMOR_ALARUMAHTANGGA_1 "Ah, akhirnya nyampe rumah juga." Bang Mur merasakan rindu yang teramat dalam setelah dikerjai macet sampe ke ubun-ubun. Bukan apa-apa, menahan buang air itu bisa manasin kepala. Istri yang manis, Dek Lekha (pake Ø­), sudah menyambut dengan gamis baru cuci kering tadi sore. Biasa, kalo barang baru suka gitu, dipake sampe bosen, syukur-syukur robek jadi lubang angin, lumayan ada pentilasi katanya. Perkara hemat listrik, Dek Lekha PhD-nya. "Capek bang..." katanya menyapa dengan lembut. "Nggak, dek... tadi cuma naik tangga 12 lantai aja koq, maklum ibukota matlam juga." "hah... kasian abang. Mandi dulu gih bang, biar seger, bentar lagi maghrib mau ke mesjid kan." "Iya dek, kalo bisa dimandiin la ini." Istrinya malu-malu. Tapi tanda sesuatu sudah tampak. Istriku oh... istriku. Tak lama azhan memanggil, bersama si sulung, Bang Mur pun berangkat ke masjid. Tunggu punya tunggu, akh

Sekolah Buat Kerja???

Gambar
gambar 1. pixabay.com Ketika berselancar di dunia maya, saya menemukan sesuatu yang menarik tentang sekolah. Sebuah tempat yang selalu menjadi perhatian besar saya. Dalam video pendek itu, kata Cak Nun, "sekolah itu tempat latihan para buruh, calon-calon pegawai, calon-calon karyawan, ya calon-calon perangkat pabrik." Lah, saya kaget donk... Kan yang sekolahan tinggi-tinggi pun banyak yang jadi ilmuan, inovator, pimpinan, 'alim ulama, dan sejumlah profesi penting lainnya. Yang sarjana pun ada yang jadi pedagang bakso, tukang kue, onlineshoper, itukan nggak ada urusan sama pabrik. Ini sekolah apa ya yang dimaksud si mbah? Sampai di sepenggal kata-katanya yang mamak bisa cek sendiri di youtube dan instagram, saya agak merasa gimana gitu, ya ada sepakatnya tapi ada juga kontranya. Bahwa saya pernah sekolah, tapi gak kayak gitu. Apa iya sekolah buat begitu doank? Meski anak saya tidak sekolah formal alias homeschooling, tapi yang di ungkapkan beliau bukan alasan

Roti Ketawa

Gambar
Haha... Hust.. belum apa-apa udah ketawa... Sebelumnya saya tanya dulu, siapa yang pernah makan ini roti ini? Betol kalian ketawa karena roti ini? Ah, yang bener? Buat mamak-mamak yang nggak tahu, saya infokan ya mak... Ini roti nggak dipanggang, apalagi dikukus. Ini roti digoreng, pakai minyak ya mak.. Digoreng pakai minyak sawit sama penjualnya, Jadi kalau kalian memang punya program diet sehat atau lagi upaya menurunkan berat badan, pikirkanlah makan roti ini. Karena apa? Ini bahan dasarnya adalah terigu dan gula, diberi soda kue dan air. Terus diulen, dibentuk sesuai ukuran - besar, sedang atau kecil - kemudian dibalur dengan wijen, dan akhirnya baru bisa digoreng. Dan kalau kalian makan roti ini bareng minum teh atau kopi kayak beberapa warung kopi tradisional di Pematang Siantar, Sumatera Utara - yang pernah saya lihat - yakinlah mak, diet mamak akan berabe. Jadi, tugas mamak hanya tinggal memilih, menikmati sedapnya roti ini atau timbangan naik.hahaha... *tuh kan.. ef

Curing & Jelang Baligh

Gambar
Antara Masa Curing dan Jelang Baligh (Ternyata sabun dan manusia punya kesamaan) ---------------------------- Gara-gara istilah curing, di tambah sebelumnya dapat ilmu parenting "pendidikan jelang baligh" dari couple trainer ummi Kurniasari Mulia and abi Ibrahim abi imam, pikiran saya jadi eksis alias tak mau beranjak dari masa pertumbuhan manusia. (Kalok gak ditulis gak bisa melampiaskan sist..) Jadi begini, masa kanak-kanak menuju baligh, itu kan dari anak kecik menuju orang dewasa. Semua manusia jelas melewatinya, artinya Allah memberi masa bagi semua orang untuk bertumbuh/berubah jadi dewasa lalu lebih berdaya guna. Kenapa saya bilang dewasa itu lebih berdaya guna? Tanpa baligh, seorang insan tidak akan diberi amanah yang lebih besar. Tanpa baligh, tak kan jatuh ketentuan syariat Islam pada dirinya. Artinya, fase dewasa adalah fase dimana manusia punya kelebihan potensial yang lebih banyak atas pertanggungjawaban yg lebih besar, dibandingkan ketika dia mas

Bikin Sabun Yuk...

Gambar
Efek pelatihan bikin sabun mandi dan sabun susu buat wajah, kualitas bagus harga super terjangkau. ------------------- Bismillah... Suatu hari dalam sebuah pelatihan membuat sabun yang luar biasa, saya menemukan banyak sekali koreksi dalam gaya hidup saya selama ini. Terutama dalam soal bersuci. Hingga akhirnya saya putuskan untuk menyarikan pikiran saya yang mumet sejak sampai di rumahk setelah kembali dari pelatihan. Kenapa? Banyak asbabnya, salah satunya adalah proses bikin sabun buatan tangan sendiri yang musti menunggu suami membelikan timbangan digital dan termometer suhu untuk mengukur proses pelarutan alkali hingga tepat dicampurkan ke bahan2 pembuaran sabun. Dan.... Satu hal yang mengusik pikiran sekali. Tentang bersih itu tidak sama dengan suci. Menurut syariat Islam, thaharoh adalah bersih dan suci dari kotoran. Berarti bersih dan suci itu punya defenisi yang berbeda meski memiliki kemiripan, tapi jelas secara spesifik bersih dan suci itu memang berbeda.

Dari Memeluk Hingga Introspeksi

Gambar
Ketika anak bertanya ttg temuannya dalam perilaku kita, acap kali mereka selalu menelisik agar bisa menirukannya kemudian hari. (Kalau pakai teori Watson sih katanya begitu. Tapi, sebenarnya  yang diajarkan nabi duluuuuuuuu banget udah ada yang melebihi teori doi). Menurut saya, sesungguhnya apa yang kita kesankan pada anak adalah sebuah dasar pemicu tindak tanduknya dewasa nanti. Nah..  untuk menjadi dan meletakkan dasar picu ini orangtua musti berilmu kan? Gak bisa asal bonceng ilmu yutub tok, mesti berguru di dunia nyata biar gak menyalah pas nerima ilmunya. Pemicu ini dalam Islam ini musti jolas, gak boleh kajol apalagi anjeli (Asik NJelimet sendiLi 😆). Dasarnya begini, berikut kutipan yang bisa saya infokan dari hasil membaca, bertanya, berguru, googling and pake kuota. Bismillah... Dari Abu Hurairah  radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah  Shallallahu’alahi Wasallam  bersabda: “Semua umatku akan masuk Surga, kecuali orang yang enggan”. Para Shahabat  radhialla

Perjalanan "Sah"

Gambar
Menikah dengan si dia memang sebuah kemauan, "kalau tak mau manalah jadi." Kata orang Melayu. Menikah dengan si dia lebih-lebih memang sebuah ketetapan, maka kita perlu menetap pada satu keyakinan, bahwa ini adalah urusan kita dengan Allah semata. Menikah adalah sebuah perjalanan ibadah terpanjang selama hidup. Tidak pantas main-main karena nilainya adalah setengah diin. Ya, menikah itu Mitsaqan ghalizhan. Allah menjadi saksi dan menikah ini sungguh sebuah peristiwa besar. Sebuah fase yang menyempurnakan kehidupan berdiin kita sendiri. Pertanyaannya, setelah menikah dengan si dia, punya anak dari hasil hubungan dengan si dia, bagaimana dengan ibadah kita selanjutnya? Pernikahan yang ibadah itu tentu berujung kepada surga, karena jika tidak, tentulah menuju pada neraka. Kenapa? Pernikahan itu khas dengan sikap saling menghargai, lalu kenapa suara mau meninggi? Pernikahan itu khas dengan sikap saling bekerjasama, lalu kenapa gayanya sok menang sendiri?