Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Bikin Sabun Yuk...

Gambar
Efek pelatihan bikin sabun mandi dan sabun susu buat wajah, kualitas bagus harga super terjangkau. ------------------- Bismillah... Suatu hari dalam sebuah pelatihan membuat sabun yang luar biasa, saya menemukan banyak sekali koreksi dalam gaya hidup saya selama ini. Terutama dalam soal bersuci. Hingga akhirnya saya putuskan untuk menyarikan pikiran saya yang mumet sejak sampai di rumahk setelah kembali dari pelatihan. Kenapa? Banyak asbabnya, salah satunya adalah proses bikin sabun buatan tangan sendiri yang musti menunggu suami membelikan timbangan digital dan termometer suhu untuk mengukur proses pelarutan alkali hingga tepat dicampurkan ke bahan2 pembuaran sabun. Dan.... Satu hal yang mengusik pikiran sekali. Tentang bersih itu tidak sama dengan suci. Menurut syariat Islam, thaharoh adalah bersih dan suci dari kotoran. Berarti bersih dan suci itu punya defenisi yang berbeda meski memiliki kemiripan, tapi jelas secara spesifik bersih dan suci itu memang berbeda.

Dari Memeluk Hingga Introspeksi

Gambar
Ketika anak bertanya ttg temuannya dalam perilaku kita, acap kali mereka selalu menelisik agar bisa menirukannya kemudian hari. (Kalau pakai teori Watson sih katanya begitu. Tapi, sebenarnya  yang diajarkan nabi duluuuuuuuu banget udah ada yang melebihi teori doi). Menurut saya, sesungguhnya apa yang kita kesankan pada anak adalah sebuah dasar pemicu tindak tanduknya dewasa nanti. Nah..  untuk menjadi dan meletakkan dasar picu ini orangtua musti berilmu kan? Gak bisa asal bonceng ilmu yutub tok, mesti berguru di dunia nyata biar gak menyalah pas nerima ilmunya. Pemicu ini dalam Islam ini musti jolas, gak boleh kajol apalagi anjeli (Asik NJelimet sendiLi 😆). Dasarnya begini, berikut kutipan yang bisa saya infokan dari hasil membaca, bertanya, berguru, googling and pake kuota. Bismillah... Dari Abu Hurairah  radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah  Shallallahu’alahi Wasallam  bersabda: “Semua umatku akan masuk Surga, kecuali orang yang enggan”. Para Shahabat  radhialla

Perjalanan "Sah"

Gambar
Menikah dengan si dia memang sebuah kemauan, "kalau tak mau manalah jadi." Kata orang Melayu. Menikah dengan si dia lebih-lebih memang sebuah ketetapan, maka kita perlu menetap pada satu keyakinan, bahwa ini adalah urusan kita dengan Allah semata. Menikah adalah sebuah perjalanan ibadah terpanjang selama hidup. Tidak pantas main-main karena nilainya adalah setengah diin. Ya, menikah itu Mitsaqan ghalizhan. Allah menjadi saksi dan menikah ini sungguh sebuah peristiwa besar. Sebuah fase yang menyempurnakan kehidupan berdiin kita sendiri. Pertanyaannya, setelah menikah dengan si dia, punya anak dari hasil hubungan dengan si dia, bagaimana dengan ibadah kita selanjutnya? Pernikahan yang ibadah itu tentu berujung kepada surga, karena jika tidak, tentulah menuju pada neraka. Kenapa? Pernikahan itu khas dengan sikap saling menghargai, lalu kenapa suara mau meninggi? Pernikahan itu khas dengan sikap saling bekerjasama, lalu kenapa gayanya sok menang sendiri?