Perjalanan "Sah"





Menikah dengan si dia memang sebuah kemauan, "kalau tak mau manalah jadi." Kata orang Melayu.

Menikah dengan si dia lebih-lebih memang sebuah ketetapan, maka kita perlu menetap pada satu keyakinan, bahwa ini adalah urusan kita dengan Allah semata.

Menikah adalah sebuah perjalanan ibadah terpanjang selama hidup. Tidak pantas main-main karena nilainya adalah setengah diin.

Ya, menikah itu Mitsaqan ghalizhan. Allah menjadi saksi dan menikah ini sungguh sebuah peristiwa besar. Sebuah fase yang menyempurnakan kehidupan berdiin kita sendiri.

Pertanyaannya, setelah menikah dengan si dia, punya anak dari hasil hubungan dengan si dia, bagaimana dengan ibadah kita selanjutnya?

Pernikahan yang ibadah itu tentu berujung kepada surga, karena jika tidak, tentulah menuju pada neraka.

Kenapa?

Pernikahan itu khas dengan sikap saling menghargai, lalu kenapa suara mau meninggi?

Pernikahan itu khas dengan sikap saling bekerjasama, lalu kenapa gayanya sok menang sendiri?

Pernikahan itu khas dengan sikap saling peduli, lalu kenapa sibuk main hape sendiri?

Pernikahan itu khas dengan sikap saling berbagi, lalu kenapa merasa hidup sendiri?

Inilah ibadah itu. Sebuah upaya membangun cinta kepada-Nya melalui rasa cinta terhadap hamba-Nya.

Semua sikap dan perilaku dalam pernikahan mestinya menunjukkan sikap berakhlak mulia. Sehingga setiap perjalanan yang telah di"sah"kan itu berbalut keyakinan bahwa semua akan di kembalikan hanya pada-Nya.

Maka, cegahlah agar surga yang ada di rumah tak berbuah neraka di hari kemudian, hanya karena lupa berterima kasih. Semua adaptasi yang berbilang waktu seumur hayat itu, jangan sampai mencoreng setengah Dien yang menjadi dasar.

Mitsaqan ghalizhan yang dimulai dari ucapan sah itu, jangan sampai dibenturkan dengan ego dan perbedaan.

Jauhilah sikap membandingkan awal menikah dulu dengan edisi cinta hari ini yang terasa memudar.

Upayakanlah agar pelangi yang pernah indah dulu tak harus bleber oleh sebuah tatapan dan kalimat tajam satu sama lain.

Tak pilukah hati ketika pernikahan bertahun-tahun itu hanya bisa menerima nilai nol?

Jangan sampai ibadah buyar hanya karena kita tak tahu kenapa kita masih menikah dengannya hingga kini.

#ummuzaid
#jelang8tahunpernikahan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Seperti yang Kamu Pikir

Sabun Cuci Muka Berjerawat

Sabun Ummuzaid