USAMAH BIN ZAID YANG TERMUDA

 Mengenal Sahabat Nabi yang luar biasa


Dialah panglima Islam TERMUDA dan juga panglima TERAKHIR yang ditunjuk Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam.

Selama hidupnya, Usamah sudah mendedikasikan dirinya untuk membela agama Allah.

Dialah anak salah seorang yang dijamin masuk surga. Putra yang dididik dengan ulet dan gigih oleh pasangan Zaid bin Haritsah (termasuk asshabiqunal awwalun/yang pertama-tama masuk Islam terutama dari kalangan budak dan anak-anak), dan Ummu Ayman seorang pelayan yang diwariskan Abdullah bin Abdul Muthalib (ayahnya Rasulullah) yang kemudian menjadi ibu susu sekaligus pengasuh baginda Rasulullah shallahu'alaihi wassalam. 

Dikisahkan awal pernikahannya, Ummu Ayman mengasuh Rasulullah sejak kecil dengan penuh kelembutan. Setelah beliau diangkat menjadi rasul, dia pernah berkata, ”Barang siapa yang ingin menikah dengan wanita ahli surga, maka hendaklah ia menikahi Ummu Ayman.” Mendengar sabda tersebut, Zaid bin Haritsah segera menikahinya. Dari pernikahannya dengan Zaid, lahirlah Usamah bin Zaid. Sehingga akhirnya Ia mendapat julukan lain yaitu "al-Hibbu ibnu al-Hibbi" (anak tersayang dari yang tersayang.

Ayah Usamah bin Zaid adalah seorang panglima ketika Rasulullah masih hidup. Salamah bin Akwa' pernah bersaksi bahwa ia berperang bersama nabi sebanyak tujuh kali, dan ketujuh perang tersebut ayah Usamah-lah yang menjadi pemimpinnya.


Bisa dibayangkan bagaimana Usamah bin Zaid melewati masa hidupnya? Ayah yang seorang panglima dan beribukan pelayan Rasulullah yang setia, tanpa pamrih dan penuh kecintaan terhadap Islam.


Sejak kecil, Usamah lahir dan tumbuh di Mekah dalam lingkungan rumah tangga Rasulullah. Inilah kenapa Usamah sudah mengenal dan memeluk Islam sejak kecil. Islam telah menjadi syariat yang mendidik Usamah hingga kemudian tampaklah seorang pemuda berakhlak mulia.


Usamah mendapat perlakuan istimewa sewaktu kecil sebanding dengan Hasan bin 'Ali bin Abi Thalib, dengan memangku keduanya dalam satu waktu, Rasulullah bersabda : "Ya Allah, sungguh aku mengasihi keduanya, maka kasihanilah keduanya".


Umar bin Khattab pun menghormati dan mengutamakan Usamah atas anaknya sendiri Abdullah bin Umar dalam berbagai hak pemberian.


Maka tak heran, sejarah Islam mencatat namanya sebagai salah satu panglima perang terhebat sepanjang masa, sebab ia pun dididik sejak kecil oleh Rasulullah. Usamah merupakan panglima Islam termuda sekaligus panglima terakhir yang ditunjuk langsung oleh Rasulullah. 


Sebagai catatan hebat, Usamah mulai memimpin perang pada usia 18 tahun, dan membawahi para sahabat yang lebih senior di saat Rasulullah masih hidup.


Dikisahkan Saat Rasulullah sakit, para musuh sengaja memanfaatkan keadaan. Mereka mengancam kekuatan Islam dengan membuat gejolak di perbatasan Syam. Dari arah Yaman bahkan muncul seseorang yang mengaku sebagai nabi.


Saat kondisi yang tak sehat, Rasulullah tetap memerintahkan perlawanan ke perbatasan Syam. Dia juga menulis surat-surat perintah untuk membasmi nabi palsu. Rasulullah menunjuk Usamah sebagai panglima perang di perbatasan Syam. Ia membawahi sahabat lainnya termasuk Umar bin Khattab.


Beberapa sahabat mempertanyakan keputusan tersebut sebab banyak sahabat senior dalam pasukan, seperti Sa'ad bin Abi Waqqash, Said bin Zaid, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan lainnya. Mereka dianggap lebih pantas memimpin pasukan. Mendengar berbagai perkataan yang terdengar menyepelekan Usamah, Umar segera menemui Rasulullah. Mendengar kabar itu, Rasulullah pun sangat marah.


Beliau kemudian bergegas menemui para sahabat di Masjid Nabawi. Rasulullah bersabda, "Wahai sekalian manusia, aku mendengar pembicaraan mengenai pengangkatan Usamah? Demi Allah, seandainya kalian menyangsikan kepemimpinannya, berarti kalian menyangsikan juga kepemimpinan ayahnya, Zaid bin Haritsah. Demi Allah Zaid sangat pantas memegang pimpinan, begitu pula dengan putranya Usamah."


Rasulullah melanjutkan, "Jika ayahnya sangat aku kasihi, putranya pun demikian. Mereka orang baik. Hendaklah kalian memandang baik mereka berdua. Mereka juga sebaik-baik manusia di antara kalian." Rasulullah lalu kembali ke rumahnya. Mendengar sabda Rasul, kaum Muslimin mulai datang bergabung dengan pasukan Usamah.


Sebelum berangkat ke medan perang, terlebih dahulu Usamah menemui Rasulullah yang masih sakit. Ketika sang panglima termuda mencium wajah beliau, Rasul tak mengatakan apa pun selain mendoakan sekaligus mengusap kepala Usamah.

Belum jauh pasukan bergerak. Kabar wafatnya Rasulullah datang sehingga Usamah menghentikan laju pasukannya.


Selanjutnya, ia bersama Umar dan Abu Ubaidah bergegas ke rumah Rasulullah. Melalui musyawarah yang masih diliputi kesedihan, Kaum Muslimin sepakat mengangkat Abu Bakar Ash Shiddiq Ra., sebagai Khalifah menggantikan Rasulullah. Abu Bakar kemudian menyuruh Usamah kembali memimpin pasukan, seperti perintah Rasulullah.


Bersama pasukannya, Usamah bergerak cepat meninggalkan Madinah menuju perbatasan Syam. Setelah melewati beberapa daerah yang masih tetap memeluk Islam, akhirnya mereka sampai di Wadilqura. Dengan strategi perang yang matang, pasukan Usamah mampu mengalahkan musuh secara cepat.


Setelah 40 hari kemudian, mereka kembali ke Madinah membawa sejumlah harta rampasan perang serta tanpa jatuh korban satu pun. Sejak saat itu, putra Ummu Ayman  tersebut disegani oleh para sahabat.


Waktu terus berjalan. Usamah pun mengembuskan napas terakhirnya pada 53 Hijriyah (riwayat lain 55 H) atau 673 Masehi. 



Sumber:   

*) 38 sahabat yang dijamin masuk surga:  Syaikh Shalahuddin Mahmud As-Said & DR. muhammad al ghamidi.


*)Biografi Umar bin Al-Khattab; Prof. Dr. Ali Muhammad As-shallabi.


*)Sejarah Islam; Ahmad Al-Usairy.


*)Art Of War; Yuana Ryan Tresna.


*)Republika.co.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Seperti yang Kamu Pikir

Sabun Cuci Muka Berjerawat

Sabun Ummuzaid