Tips Bisnis Sabun Kita Indonesia

Sejak mengenal kompetisi, seingat saya, segala pertandingan, tantangan dan bahkan ujian sekolah, perguruan tinggi, hingga seleksi, saya tidak pernah menempatkan siapapun menjadi pesaing.


Biasanya, saya tahu kapan harus menang, kapan harus kalah. Mula-mula selalu ada pada kuda-kuda saya sendiri, seberapa besar saya ingin, seberapa besar saya yakin.


Saya pernah bilang, sekali saja menang lomba baca puisi di sekolah, lalu saya memang mendapat jawaranya. Sekali saja menang main catur antar kelas, saya juga menang. Sekali saja menang lomba menulis, juga dapat. 


Atau juga, sekali saja jadi pemain basket melawan sekolah lain, sekali saja tulisan di muat koran, sekali saja menerbitkan buku, sekali saja menjadi perwakilan sekolah, sekali saja jadi santri pesantren kilat... sekali saja camping.... sekali saja... sekali saja....


Semua demi memenuhi rasa ingin tahu, ingin tahu bagaimana jadi pemenangnya, merasai pengalamannya biarpun kalah, mengukur kemampuan, dan seberapa sulit tantangannya. Dan lebih sering, sekali saja merasai itu, justru akhirnya malah berat meneruskannya. 


Kenapa? 


Orang seperti saya selalu menempatkan diri sendiri sebagai orang pertama yang harus diwaspadai. Rival dan juga kadang lawan tanding. Maka secara otomatis, saya tahu bagaimana titik fokus dan kerja keras mempengaruhi, bagaimana semua urat-urat pikiran mengambil alih konsentrasi, jika saya begini, jika saya begitu, dan .... dialog terjadi lama sekali pada diri sendiri.


Keberuntungan pertama yang sering saya dapat, yang biasanya menjadikan jiwa pemula itu bangkit, justru sebenarnya adalah modal tenaga untuk maju.  Buntutnya sering berisi kegagalan. Tentunya kegagalan yang mengasah. Maka evaluasi memang selalu terjadi setelah saya meraih juara atau berhasil pada target, kali pertama. Karena setelah itu, biasanya saya tidak siap dengan konsekuensi yang saya tahu rumitnya, menghitung untung ruginya, skala prioritasnya, dll.


Siapa yang menanggung beratnya berlatih, tekun dan mau menerima gagal, tentunya akan menjadi ahli. Ini pertanyaan pertama yang mengaduk pikiran ketika saya mau lanjut menekuni satu bidang yang diperlombakan atau satu urusan yang saya sukai. Pilih tombol selanjutnya atau berhenti saja.


Ya, begitulah, tidak semua orang ingin bersaing sekalipun punya orang lain rival. Jenis orang seperti saya, diri sendiri punya sensasi penting untuk bisa ditaklukkan. Jadi orang yang mampu menaklukkan rasa ingin tahu, atau tidak. Berani keluar dari cangkang kenyamanan atau bukan. Ambil atau buang. 


Semua selalu di mulai dari diri sendiri, bukan orang lain.


#ummuzaid

Dunia #naturalsoap Ini adalah bagian yang sangat saya suka, tidak perduli bagaimana bisniiis ini menanjak naik atau turun sampai balik moodall. Otak saya selalu penuh dengan keinginan membuatnya setiap hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Seperti yang Kamu Pikir

Sabun Cuci Muka Berjerawat

Sabun Ummuzaid