Sebab Bahasa yang Berbeda

 

Al-Quran yang dituliskan ke dalam bahasa arab (yang meskipun begitu belum tentu orang arab bisa dengan mudah mengerti dan memahaminya), Al-Quran adalah kitab bagi ummat Islam di seluruh dunia meskipun di dunia ini terdiri dari 6.500 lebih bahasa.


It's so why, Al-Quran merupakan bahasa pemersatu dan universal bagi kaum muslimin dan muslimat di sudut muka bumi mana pun dia berada. Dan patut baginya menjadikan bahasa arab sebagai bahasa yang penting dalam kehidupan, meskipun tidak memiliki kemampuan pada bahasa tertinggi itu.


Untuk memahami Al-Quran, kita membutuhkan tafsir para ulama yang sudah bersusah payah, memikirkan dengan penuh khusuk hingga akhirnya memudahkan kita memahami maksud dari tiap ayat yang ada.


Inilah kenapa Al-Quran tidak bisa dimaknai sekedar secara leterlek saja. Ada banyak perkara hingga sebuah terjemahan Al-Quran berakhir di tangan kita. Jadi, terlalu gegabah kan kalau Al-Quran dipahami cuma dari mealih-bahasakan saja tanpa pemaknaan yang sebenarnya? Asbab turunnya ayat tentu ada, bagaimana latar belakangnya dahulu, tentu ulama lebih pantas jadi panutan karena tentunya lebih banyak pengetahuan, pun lagi adalah memang seorang bergelar pewaris nabi.


Namun, disini juga uniknya. Tafsir Al-Quran itu pun tidak lahir serta sama dalam menafsirkan maksud ayat, walau tidak selalu berbeda jauh dan bertolak belakang. Maka dari itu, untuk menjaga konsistensi dan kebenaran yang terkandung didalamnya, tiap-tiap ulama itu pasti memiliki dasar keilmuan dan pendidikan, kecerdasan dan sikap wara' luar biasa, dan beberapa persyaratan lainnya yang juga diakui di kalangan ulama di dunia. Satu yang paling utama adalah sanad shahihnya.


Menjadi cacat tafsirnya, jika ulama yang menafsirkan Al-Quran adalah mereka yang di blacklist dari daftar persatuan ulama di dunia, meskipun pengikutnya buanyak.


Inilah kenapa sanad menjadi keharusan dan pertama-tama. Jika terputus dari baginda Rasulullah Shallahu 'alaihi wasallam, maka tafsirnya pun menjadi tidak bisa dianggap.


Hal ini juga mengapa kita menjadikan guru-guru yang bersanad sebagai patokan untuk menempuh ilmu. Ini perlu menjaga agar berada di track yang benar dan lurus.


Dalam perbedaan bahasa yang besar tadi, bukan tidak mungkin kan ada perbedaan  memicu konflik? Akan tetapi jika syarat dan ketentuan penafsir telah terpenuhi, telah diuji periksa dengan teliti, bersertifikasi dari kalangan ulama sedunia, maka karyanya berhak dijadikan hujjah bagi yang meyakini. Tentunya hal ini akan mampu mencegah konflik muncul di atas perbedaan yang timbul. Termasuk mampu mencegat tafsir konyol lagi sesat yang bisa memecah belah ummat. (Kayak si Muhammad Kece itu, tolong ditangkap ngapa pak?)


Nah, yang menjadi masalah adalah ketika ada yang memaksa kekeh kudu samaan. Ketika tafsir Al-Quran yang berasal dari latar belakang bahasa yang berbeda, dan itu dipaksakan mesti sama, apalagi secara leterlek, gimana nih? Padahal, belum tentu nih gurunya bersanad shahih.


Sedangkan dahulu saja, para sahabat bisa berbeda memahami maksud Rasulullah di saat beliau masih hidup dan berhadapan langsung dengan ummat.


Konon lagi kita yang terpisah jauh secara jarak dan usia, dan apalagi bahasanya juga jauh sekali bedanya.


Jika hari gini masih saja sulit memahami perbedaan yang ada, memaksa semua tafsir itu harus seragaman dan menyalahkan yang berbeda dengan dalih sesat dan ingkar, wes la, berat bagi kita bersatu sebagai ummat yang kuat. Pantes saja susah naik lagi ke atas.


Ampun deh....


#ummuzaid

#naturalsoap

#sabunalami

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Seperti yang Kamu Pikir

Sabun Cuci Muka Berjerawat

Sabun Ummuzaid