Sekolah Buat Kerja???

gambar 1. pixabay.com

Ketika berselancar di dunia maya, saya menemukan sesuatu yang menarik tentang sekolah. Sebuah tempat yang selalu menjadi perhatian besar saya.

Dalam video pendek itu, kata Cak Nun, "sekolah itu tempat latihan para buruh, calon-calon pegawai, calon-calon karyawan, ya calon-calon perangkat pabrik."

Lah, saya kaget donk... Kan yang sekolahan tinggi-tinggi pun banyak yang jadi ilmuan, inovator, pimpinan, 'alim ulama, dan sejumlah profesi penting lainnya. Yang sarjana pun ada yang jadi pedagang bakso, tukang kue, onlineshoper, itukan nggak ada urusan sama pabrik. Ini sekolah apa ya yang dimaksud si mbah?

Sampai di sepenggal kata-katanya yang mamak bisa cek sendiri di youtube dan instagram, saya agak merasa gimana gitu, ya ada sepakatnya tapi ada juga kontranya. Bahwa saya pernah sekolah, tapi gak kayak gitu. Apa iya sekolah buat begitu doank?

Meski anak saya tidak sekolah formal alias homeschooling, tapi yang di ungkapkan beliau bukan alasan kami memilih jalur In-formal ini. Bukan juga saya kaget banget, meski saya pun pernah punya keponakan dan selama tiga tahun tinggal dengan saya, yang kenyataannya mirip kayak yang di sebut mbah.

Dan... akhirnya saya sampai dalam perenungan yang lama-lama jambu 😂, saya tiba di penelusuran yang agak lumayan deket, gak jauh-jauh la mak tentang SMK😁 Itupun setelah agak-agak nanyak mbah gugel juga, tapi ini kenyataan mak... meski nyata di atas berita yang beredar.



Perihal anak SMK dimana mereka di latih selama tiga tahun untuk cakap pada jurusan yang diambil semasa sekolah. Benarkah mereka akan jadi pekerja kemudian?

Ada berita yang beredar tahun lalu, malah jauh lebih menarik. Sehingga saya jadi bertanya-tanya, apa iya sekolah gagal jadi tempat latihan sehingga banyak yang menganggur? Ini kan bukan hanya soal skill dan kompetensi, ada faktor lapangan pekerjaan juga. Banyak lulusan pun kalau lapangan pekerjaan kalah jumlah, gimana donk..?

Atau, siapa sebenarnya yang punya kompetensi untuk bisa punya pekerjaan, yang sekolah atau yang tidak sekolah?

Selain itu, apakah berwirausaha menjadi jawaban atas lulusan SMK hari ini? Kan di sekolah SMK juga ada pelajaran wira usaha. Apa iya jagoan dan praktisi enterpreneur zaman now itu pada gak sekolah? Kan nggak donk...

Terus, tugas siapa yang menyediakan lapangan pekerjaan dan lulusan terbaik? Sekolah, pemerintah, orangtua, masyarakat atau anaknya sendiri?

Haduuuhh bahas sekolah gak pernah ada habisnya mak.. kayak bahas makna cinta itu.  Defenisinya buanyak.hahaha



Mak... tentang sekolah, apapun tema dan topik yang beredar tentangnya, adalah sebuah fenomena yang telah kita saksikan bersama. Maka bagaimana sikap kita, pikiran kita, usaha kita, goal kita, amunisi kita, uang kita, harta kita, berdayakanlah dengan benar dalam memaknai sekolah itu sendiri.

Mamak mau sekolahin anak di sekolah Formal, In-Formal dan Non-Formal, gak menjadi urusan pengadilan Allah kelak.

Ialah menjadi sebuah pertanyaan yang mesti bisa kita pertanggung-jawabkan, kenapa mereka - anak-anak kita - sejak kecil kita ajak dan "disuruh" belajar, kita biayai pendidikannya, kita habiskan tenaga, waktu dan harta untuk membuatnya meraup banyak ilmu.

Kemana semua itu bermuara? Dan apa yang sudah kita bekali dalam proses pendidikan dan pembelajaran mereka? Semakin tunduk dan takutkah mereka kepada Allah?

Kita tidak bisa melepaskan tanggung jawab pendidikan pada siapapun hanya karena ingin memiliki anak yang mempunyai pekerjaan baik kemudian hari.

Defenisi pekerjaan pun musti jelas dalam urusan kita di hadapan Allah, karena tidak banyak yang sepakat dengan pikiran saya, bahwa pekerjaan baik adalah yang karena Allah ia melakukannya, dengan "bonus" yang tidak sekalipun merusak komitmen dan konsistensi dalam ibadahnya.

Tidak perduli apapun profesinya, semua tertuang pada keridhoan kita atas setiap tugas bekerja yang Rasulullah perintahkan. Kadang saya pikir, jika anak kami ingin menjadi pengepul barang bekas, tukang sampah, menjadi kuli bangunan, peternak yang saban hari "main" kotoran, akankah saya bisa menerimanya hanya karena dia nggak beken duduk di kantoran, sedang ini semua pekerjaan mulia?

Ingatlah kita bekerja adalah tersebab Rasulullah pun melakukannya, memerintahkannya, dan lebih jauh lagi adalah untuk membuat diri kita punya bekal akhirat kemudian.

Ketika anak di hadapkan pada dunia sekolah hanya karena ia harus punya pekerjaan maupun profesi yang menghasilkan pundi-pundi harta yang luar biasa "di mata kita", ingatlah kaum suffah (sufi) di pelataran masjid nawabi dahulu, mereka berzikir dalam lapar yang sangat, menolak hidup bermewah dan berlebihan, mencari keridhoan Allah dalam dhiofnya menjadi hamba.

Apa mamak pikir mereka tidak berpendidikan, lalai dari bekerja, tidak bekerja dan tidak punya pekerjaan? Sungguh mereka sangat dimuliakan. Mereka bekerja dalam dimensi yang kita belum sampai untuk memahaminya.

#ummuzaid
#no_debat
#share_aja_jika_sepakat.

Komentar

  1. Saya sama suami sepakat menyekolahkan anak di tingkat pendidikan dasar.
    bagi saya, berat sekali home schooling buat anak kami.
    saya tidak mampu cekatan.

    Tapi setelah lulus pendidikan dasar nanti, saya serahkan anak berkeinginan kemana.
    passionnya di mana.
    karena dunia saya bersekolah dan dunia kerja mengalami banyak perubahan ketika sampai di dunia mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. homeschooling justru sbnarnya lebih mudah kalau kita punya konsep pendidikan mba, menurut saya ya... karena homeschooling bukan memindahkan pendidikan di sekolah ke dalam rumah, atau rumah menjadi lembaga pendidikan seperti di sekolah.. hihii...

      saya sepakat setelah lulus SD anak bebas mengembangkan passionnya, namun tidak berarti anak bisa memilih begitu saja, karena fase menuju baligh ini adalah menawan jiwa mereka dari kerusakan pergaulan. maka gak bisa juga kita serahkan keinginan itu begitu saja.

      menurut saya mba... tapi yg menarik adalah ketika fase mumayiz ini anak kita serahkan pada orang lain, padahal bekal adab, keyakinan, dan kebiasaan sebagai muslim dan keluarga dari ayahnya, anak tidak bisa memakai aturan orang lain. disini masa membangun pondasi, justru anak dibawah usia 10 tahun itu lebih ahsan bersama ayah ibunya. menurut saya ya mba, ada dalam kitab fathul mu'in jilid 1 halaman 15 tentang fase ini, dimana anak yang mumayiz dan atau tamyiz, itu telah wajib ayah ibunya mengajarkan sholat padanya, sebagai bekal usia 10 tahun yang ia harus menjadi sholat dan puasa sebagai kebutuhan dan kebiasaan. kalau umur segini anak kenak pukul, itu boleh, tapi itulah kegagalan pendidikan yang sebenarnya dalam Islam. Boleh dilihat bagaimana Rasulullah mendidik Ali. mereka hanya belajar adab lalu kemudian ilmu. sehingga ketika baligh, anak benar-benar dewasa, bukan dewasa yang kekanak-kanakan. Gak ada remaja dan dewasa galau dlm pendidikan islam mba, menurut saya.

      Hapus
  2. MasyaAllah... Siraman sejuk di kala awak galau menyuruh anak sekolah disaat dia lagi gak mood pergi sekolah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. belajar itu harus jadi mood ya kan kak, dan itu pulak yang payah. haha...

      sekolah sebenarnya kebutuhan, justru membuat mereka memiliki jiwa butuh belajar itu yang payah. selamat berjuang akak...

      Hapus
  3. Sama kayak dunia kerja. Kalo ibadah dilarang2 juga pasti mikir dua kali buat kerja di sana ya kan kak? Karena nyatanya smua nya hrs dipertanggungjawabkan.

    BalasHapus
  4. betul mba... kerja itu pun baik, tapi kalo kerjaaaaaaa aja tapi gak sholat, kenak juga tanggungjawab, hihi

    BalasHapus
  5. Bahasannya dalan mak, memang gak harus dikaitkan klo mau kerja ya harus sekolah, tapi dengan sekolah memperkaya sikap, ilmu dan wawasan kita, btw salam kenal ya mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, semua yang terjadi dalam perdidikan anak kita akan bermanfaat, baek ke jalan ma'ruf atau mungkar.
      salam kenal balek kak e...

      Hapus
  6. Titel dan ijazah itu jauh lebih mudah didapat daripada skill dan passion. Berbahagialah anak-anak yang sudah bisa mengenal dirinya. Bagi mereka sekolah itu untuk dapat ilmu bukan cuma titel dan ijazah. setuju gak mak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mak. mengenal diri dan tuhannya serta rasulnya jadi kenal agamanya. jadi tahu memilih jalan hidup dan profesinya.

      Hapus
  7. Sekolah adalah bagian dari ibadah. Sebab tuntunan agama mewajibkan untuk menuntut ilmu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mba...
      anak saya gak sekolah, insyaAllah saban hari kerjanya menuntut ilmu.

      Hapus
  8. Adab dulu baru ilmu.. Ini yang harus dipahami para orangtua ya kak. Makasi share ilmunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener kak...
      Ilmu bisa menjadikan manusia itu beradab atau biadab.hihi

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Seperti yang Kamu Pikir

Sabun Cuci Muka Berjerawat

Sabun Ummuzaid