Alami atau Pabrikan Sintetis?

Kita memang tidak asing dengan kata 'alami' tapi kita akan berbeda pendapat dengan makna dari kata tersebut. Tentang seberapa cukup kita menilai sesuatu itu alami atau tidak, maka secukup itu pula pengetahuan kita bisa membenarkan apa saja.

Orang-orang mengira mungkin aman bagi manusia menggunakan produk berstandar pengawas obat-obatan, akan tetapi hal itu tidak berarti sama bagi mereka yang tahu bagaimana sebuah industri bekerja menjual hasil cipta tangan-tangan yang 'gila' pada keuntungan bisnis semata.

Adanya pengetahuan dan pengalaman yang cukup adalah counter terbaik dari serangan label komposisi, juga janji manis sponsor yang menjadi etalase nyata, lalu mengajak kompromi pada banyak hal yang dianggap lumrah padahal salah.

Contohnya, bagaimana mungkin sodium laureth sulfate ataupun saudaranya natrium laureth sulfate dianggap aman sedang dia memiliki ambang batas pemakaian dan jangka waktu penggunaan, sedang dia adalah salah satu xenohormon (xeno=asing) yang mempengaruhi tubuh manusia sehingga berefek hormonal.

Estrogen sebagai hormon yang berkaitan dengan kinerja kulit manusia bisa mengalami gangguan kestabilan dengan adanya xenohormon olahan bahan kimia sintetis ini. Ketika menyepelekannya pada tubuh orang dewasa, bagaimana dengan anak-anak? 

Xenohormon memiliki hubungan kerusakan DNA. Jika berlanjut dalam beberapa generasi, maka yang terjadi ada penurunan daya bertahan hidup, lahirnya beragam penyakit tanpa bisa dikendalikan, dan kemorosotan bagi kualitas hidup manusia.

Mungkin prinsip orang tentang makna 'alami'  berbeda-beda, namun dalam kenyataannya, semua orang sepakat dengan kamus tentang maknanya yang bersangktan dengan alam, bersifat alam dan wajar.

Semua orang yakin bahan kimia sintetis bukanlah kimia alami yang tercipta secara wajar. Kimia sintetis diciptakan manusia dengan dampaknya masing-masing, seaman dan serendah-rendahnya tetap memiliki efek samping berdaya pada manusia.

Satu hal yang mengena dalam pikiran saya, bahwa manusia tidak seluruhnya bertanggung jawab pada alam, hingga kemudian mencipta sesuai yang bernilai janggal, mengkeduk opini masyarakat, membuatnya percaya lalu berpura-pura.

Mereka membuat seolah-olah semua terlihat alami dan aman, padahal efek jangka panjang tidak pernah diketahui dengan pasti. Bagaimana dengan kerusakan DNA dan kekacauan sistem hormon manusia? Siapa peduli.

Ya begitulah industri membuat keadaan semakin kebat kebit. Di satu sisi ada kebutuhan massal yang harus dipenuhi di sisi lain, eksploitasinya bekerja.

Dan penonton yang lahir di zaman serba instan, seumpama idol dengan fansnya. Lupa bagaimana mengkritik dan memperbaiki keadaan meskipun telah salah dalam perbuatan.

Untung masih banyak manusia pecinta semesta ini yang sakit hati dengan kerusakan yang terjadi. Sekecil apapun mereka bergerak dari dapur dan kakinya, counter opinion masih ada bentengnya.

Terutama saya, kalau bukan sudah membuktikan bagaimana orang-orang seperti mereka bisa hidup bersama alam dan cantik maksimal, percaya diri saya pun naik derajatnya. Bertahan dengan wajah polosan dan warna kulit sawo mateng khas Indonesia, saya merasa lebih banyak bersyukur. Bagaimana pun yang autentik lebih menarik perhatian gaya hidup saya dan keluarga.

How about you dear?

#ummuzaid
Berdoalah agar selalu merasa cukup dengan apa yang ada, dan belajarlah apa adanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Seperti yang Kamu Pikir

Sabun Cuci Muka Berjerawat

Sabun Ummuzaid