STRES RELEASE




#StresRelease

Pagi itu saya nonton salah satu acara tv swasta yang menurut saya ringan banget. Yah, agak-agak sedikit selonjoran lah... setelah rapi-rapiin rumah yang berantakan.

Saya baru tahu lho kalo ternyata di Jakarta selatan itu ada semacam tempat kayak rage room, break room atau anger room di luar negeri gitu. Namanya Temper Clinic. Dari namanya itu, saya kebayang ruangan orang ngamuk2. Plus, saya menduga di Indonesia ini ternyata sudah banyak orang stres yang bertebaran hingga sampai membutuhkan tempat begini buat merilis stres.

Kalau merilis film, news, album, single, novel, atau sejenisnya itu mah sering denger ya, tapi soal tempat merilis stres kek ginian ada di negeri sendiri saya langsung "wow." Gimana dengan kota Medan tempat saya tinggal, bakalan ada gak ya?

Habis nonton acara itu, saya langsung ngintipin itu tempat ke si mbah google dan cek in youtube kan. Wih, ini tempat nyediain segala benda buat dihancurin, dinding buat dicoret-corat, perkakas buat menghancurkan apa saja. Kalo mau ngamuk emang musti kemari kayaknya, ada lapak yang mereka sediain lengkap dgn segala pengamannya. Si pemilik, Eron, sepertinya uda ngerti banget deh sama bisnis ini.

Katanya Eron, buat yang pengen seru2an juga bisa, happy2 bareng temen kek main games gitu. What?

Main seru2an itu banyak lho ya, gak mesti beginian jugak. Tapi horang stres bisa main apa coba? Main pecah piring pake pukulan bisball? Kayaknya, sih bisa. 🤷🤦

Fakta diluar sana ternyata ngeri ya. Ibukota negeri ini ternyata telah memproduksi pekerja kantoran yang stres, yang butuh pelampiasan emosi negatif pake acara datengin temper clinic.

Padahal kan ya, dari yang pernah saya baca dan saya tanya langsung ke ahlinya, merilis emosi dengan mencari pelampiasan itu gak membuang emosi itu sendiri. Melampiaskan marah, kesal, benci, dengan cara di temper clinic itu kayaknya ya gak menyelesaikan masalah emosi itu sendiri. Si ibu psikolog yang saya tanya gak menyarankan kita merilis stres pakai model temper clinic ini.

Jadi gini, menurut saya mungkin saja orang-orang percaya bahwa ada semacam mekanisme pertahanan diri yang dimiliki manusia untuk menghadapi setiap hal sulit dalam hidup.

Bisa jadi karena orang-orang pada ngecek apa kata Sigmund Freud, si ilmuan berkebangsaan Austria, tokoh yang dikenal mencipta psikoanalisis, yang kemudian teorinya ini banyak dipakai para ahli yang notabene sealiran dalam menciptakan terapi-terapi modern zaman now.

Apa temper clinic melakukan terapi ini  karena sepaham dengan Freud?
Entah, nanti saya coba tanya pakarnya.

Menurut ayah Anna Freud ini, saat kita menghadapi situasi yang sulit atau tidak nyaman, pikiran membutuhkan cara tertentu untuk melepaskan diri dari emosi yang muncul. Hal ini terjadi karena secara naluriah manusia selalu menghindari perasaan yang negatif seperti marah, sedih, kecewa, malu, dan takut. Tapi, kita juga dituntut untuk tidak meluapkan emosi negatif dalam masyarakat dan lingkungan sosial.

Pada saat inilah, pikiran kita akan membentuk mekanisme pertahanan diri, Freud sebutnya Ego. Mekanisme pertahanan ego berfungsi untuk menghalau perasaan yang tidak menyenangkan atau supaya kejadian dan pengalaman yang tidak menyenangkan jadi terasa lebih baik. Pikiran kita diajak untuk mengaktifkan mode pertahanan diri ini secara otomatis, yang berarti bisa melahirkan tindakan di luar kesadaran dan kendali kita.

Haiiih... Pantes orang ngamuk baru nyesel belakangan setelah semua barang hancur remuk, wong tadinya gak bisa mengendalikan marah.

Namun, masih kata Freud juga, emosi tersebut sebenarnya tidak benar-benar hilang dari benak kita. Jadi kita hanya bisa menekan atau mengesampingkannya saja. Oleh sebab itu, mekanisme pertahanan diri bukanlah sebuah cara untuk menyelesaikan masalah, melainkan semata-mata reaksi alami jiwa terhadap masalah. 

Inilah kenapa orang stres mau banting-banting barang, lempar-lempar perkakas, pecah-pecah gelas, karena merasa bisa membuang rasa gak enak dalam otak dan hatinya. Tapi kalo mikir ke temper clinic terus2an bisa bahaya juga. Gak disaranin deh...

Kenapa?

Kamu yang merasa mudah stres atau tingkat pekerjaan sekarang begitu tinggi mengundang stres, mesti waspada lho dengan teori ini (yang ahli tolong bantu lurusin dan bantu saya karena bisa jadi saya khilaf memahami teori ini ya).
Kalo orang yang sehat biasa menggunakan berbagai mekanisme pertahanan ego selama hidupnya, bisa jadi ada mekanisme yang bisa berubah jadi patologis  (penyakit gitu la..) jika,  catat ya, penggunaannya secara terus menerus.

Kata Frued nanti bisa bikin seseorang berperilaku maladaptif (gagal karena gak mampu mengintegrasikan masa kecil dgn masa dewasa gitu) sehingga bisa ngaruh ke kesehatan fisik dan mental. Rupanya pantang kalo berpikir emosi negatif bisa dihapus dengan bolak balik mencari pelampiasan kayak di temper clinic.

Kenapa? Karena kegunaan mekanisme pertahan ego adalah untuk melindungi pikiran/diri/ego dari kecemasan, sanksi sosial atau untuk menjadi tempat "mengungsi" dari situasi yang tidak sanggup untuk dihadapi. Bukan untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi. 

Artinya memecahkan barang-barang itu hanya berguna sementara waktu, sifatnya tidak untuk jangka panjang. Maka masalah yang menyebabkan stres tetap harus dicari solusinya, bukan dengan mencari pelampiasan.

Menurut saya, ada baiknya merilis stres dengan cara-cara yang lebih sehat ketimbang bayar rage room terus kamu main adegan menghancurkan tivi pake linggis sambil pake seragam bomber, bukan.

Bukan saya gak suka sama temper clinic ya, gak ada hubungannya. Sebab si pemilik temper clinic pun, juga menyarankan bahwa untuk menyelesaikan masalah emosi bisa melalui tindakan merubah mindset terhadap rasa kesal, benci, marah, dan teman-temannya itu sendiri. Artinya temper clinic ini bukan tempat mengadu nasib, dia hanya tempat menghibur saja.

Coba deh periksa sekeliling kita, banyak banget lho cara merilis stres ini. Salah satunya kayak saya ini, menulis.

Pernah seorang konselor pernikahan yang saya kenal, mengajak para emak-emak yang berkasus dalam rumahtangganya, yang merasa terganggu dengan innerchildnya, dan merasa tidak bisa memenej emosi dengan baik, untuk  melakukan sebuah cara ampuh demi mengalirkan rasa alias merilis stres.  Katanya setelah memperbanyak istighfar, cobalah teknik writing is healing. 

Caranya dengan mengambil kertas, lalu tuliskan apapun yang mengganggu perasaan atau segala emosi negatif yang dirasakan, tanpa perduli kalimat itu baik atau buruk, tidak ada urusan dengan EYD, PUEBI dan sejenisnya. Tulisan saja tanpa booeh dibaca ulang, sebab tulisan dikertas itu akan dibakar lalu dibuang begitu saja. Dilenyapkan, tidak untuk disimpan apalagi dipublikasikan.

Merilis stres dengan cara ini ternyata berdampak sangat baik. Lama kelamaan, masalah hidup yang kita hadapi, tekanan pekerjaan yang kita dapati, dampak buruk yang kita terima, bisa dituangkan ke dalam karya tulis yang bermanfaat suatu hari nanti. Karya ini sebagai wujud berbagi agar orang lain tidak mengalami hal serupa. Semacam mencerahkan orang lain agar tidak goblok. Sebab, merilis emosi dengan merusak fasilitas umum kan gak boleh,  apalagi merusak mata di laman jagat maya dengan celoteh yang gak mutu. Bagus berkarya kan ya... 😁

Ada cara merilis stres lainnya yang memberi dampak kesehatan tubuh.

Apa itu?

Olah raga. Ya, dengan olah raga tubuh lebih sehat. Nah, kalau stres nanti melanda, otak gak mikir negatif lagi, karena di dalam tubuh yang sehat ada jiwa yang sehat. Otomatis skill menghalau stres aktif kemudian. Ya kan?

Stres juga bisa dirilis dengan shoping, jalan-jalan, atau pergi ke salon, spa, maybe pusat kecantikan/kesehatan juga oke. Tapi ini makan biaya cuy, kalo dompet kempes ya nggak bisa kan?

Merilis stres yang paling murah meriah dan gak perlu modal itu, ya curhat sama temen yang bisa dipercaya, waras dan pikirannya jernih. Punya temen yang super duper baik itu kita butuhkan lho. Dia bisa membantu meringankan beban masalah kita tanpa kita merasa menanggungnya sendirian. Jadi kalau stres datang berkabar kita bisa bilang,  "aku nggak sendirian, aku kuat, aku punya keluarga dan teman yang baik."

Oya, kalau merilis stres jangan pake acara makan-makan. Selain ngabisin duit, badan jadi gak sehat. Makan berlebihan itu mengundang penyakit, dan jeleknya makan banyak itu bisa menyebabkan tubuh bereaksi ingin tidur. Orang yang selalu tidur dalam keadaan kenyang itu pemalas.

Do you know what a lazy person recieves? Kehilangan kesempatan jadi orang lebih baik. That means she/he is part of the losers. Mau disebut pecundang cuy??

Loser itu memiliki iman yang lemah dan semangat yang rendah. Pikirannya berkabut dan dipenuhi hal-hal buruk. Auranya negatif dan rendah diri. Gak percaya keajaiban yang Maha Kuasa.

Dalam sebuah ceramah seorang ustazd yang tidak terkenal (hahaha...), juga dalam pesan seorang sahabat saya, bahwa zaman dahulu ketika para sahabat Muhammad SAW itu imannya lagi turun itu, mereka akan membaca Al-Quran lebih banyak lagi. Mereka mengadu di atas sajadah ketika banyak orang sedang tertidur nyenyak. Lalu mereka datang ke tempat-tempat yang memberi energi tambahan bahkan baru.

Apa itu? Jawabnya datang ke majelis ilmu.

Mereka merilis emosi dengan berkumpul bersama orang-orang sholeh di masjid, di ruang belajar, di rumah teman, dimana saja yang menggugah gairah untuk belajar.

Bagaimanapun mendatangi para ahli, atau orang-orang beriman lagi jernih akalnya dan sehat jiwanya, untuk dijadikan tempat bertanya, belajar dan meminta nasehat, adalah cara yang tepat menurut saya. 

Datang kepada sahabat-sahabat yang bijak untuk membantu keluar dari masalah itu perlu. Jangan sampai kita membenci kenyataan karena hal itu bisa mengarahkan kita berbuat hal-hal buruk.

Sampai di sini saya jadi yakin bahwa hidup adalah pilihan. Karena memilih merilis stres pun ternyata bagian dari pilihan. Saya bahkan pernah dengar seorang ustazah mengatakan, "gila itu pun pilihan, karena orang yang gila di pinggir-pinggir jalan itu tidak memilih untuk tetap waras ketika akan melanjutkan hidup."

Jadi, apa kamu berminat datang ke temper clinic?

#ummuzaid

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Seperti yang Kamu Pikir

Sabun Cuci Muka Berjerawat

Sabun Ummuzaid