Seri Adab Makan

Gambar 1. Pixabay

Makan merupakan prosesi yang memiliki adab. Islam punya tata cara makan sesuai sunnah Rasulullah, jika dikerjakan akan bernilai pahala, jika diabaikan bisa memberi ganjaran apa saja.

Kalau kita mengaku bahwa di dalam diri Rasulullah sungguh terdapat suri teladan yang baik, maka secara otomatis kita akan meniru bagaimana Rasulullah makan, bukan? Adab makan yang dikerjakam Rasulullah pasti membuat tubuh lebih sehat.

Maka menjadi penting untuk kita sebagai orang dewasa, terlebih orangtua untuk mengetahui dan mengerjakan sunnah-sunnah ketika makan. Lalu, menjadi penting juga untuk mengajarkan sunnah Rasulullah ini kepada anak sejak dini.

Karena makan menjadi aktivitas setiap hari dan memiliki aturan, maka acara makan pun tidak bisa dilakukan sembarangan. Dan belajar adabnya sejak kecil tentu sangat perlu agar daging yang bertumbuh itu lebih baik adanya. Ya kan? Apalagi agar setan tidak turut serta dalam proses mengenyangkan perut ini.

Kisah dari Abu Huzaifah begini, "Jika kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadiri jamuan makanan, maka tidak ada seorang pun di antara kami yang meletakkan tangannya hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memulainya. Dan kami pernah bersama beliau menghadiri jamuan makan, lalu seorang budak wanita datang yang seolah-oleh ia terdorong, lalu ia meletakkan tangannya pada makanan, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang tangannya. Kemudian seorang arab badui datang sepertinya ia terdorong hendak meletakkan tangannya pada makanan, namun beliau memegang tangannya dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

"Sungguh, setan menghalalkan makanan yang tidak disebutkan nama Allah padanya. Setan datang bersama orang badui ini, dengannya setan ingin menghalalkan makanan tersebut, maka aku pegang tangannya. Dan setan tersebut juga datang bersama budak wanita ini, dengannya ia ingin menghalalkan makanan tersebut, maka aku pegang tangannya. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya tangan setan tersebut ada di tanganku bersama tangan mereka berdua.” (HR. Muslim, Abu Daud dan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih).

Gambar2. Penerbit

Menurut Ibnul Qoyyim dalam buku Islamic Parenting yang ditulis oleh Syaikh Jamal Abdurrahman mengatakan, "Salah satu wujud pendidikan yang buruk pada anak ialah membiarkan mereka mengambil makanan yang memenuhi wadah serta banyak makan dan minum." (Islamic Parenting, Jamal Abdurrahman, Aqwam 2010: 129).
Menurutnya, sebaiknya orang tua memberi makan tidak sampai kenyang agar pencernaan bisa berjalan dengan baik, percampurannya seimbang, mengurangi kotoran ditubuhnya, menyehatkan badan, dan meminimalkan penyakit karena kotoran hanya sedikit di bahan makanan.

Ada hadist yang menjadi referensi kita agar makan jangan sampai berlebihan. Begini petikannya, "Seorang mukmin makan dengan satu lambung, sedangkan seorang kafir makan dengan tujuh lambung." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

MasyaAllah, perumpamaan dalam hadist ini jelas menohok.

Satu lagi, "Tidak ada kantung yang lebih buruk diisi oleh Bani Adam melainkan perutnya sendiri. Cukuplah baginya beberapa suapan untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika terpaksa, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk nafas (udara)." (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim)

Jelas ya, makan itu hanya untuk menegakkan tulang punggung, jangan lebih. Jangan tersinggung kalau diingatkan begitu, sebab makanan itu ternyata bisa jadi aksi sombong juga. Tak baik kalau keras hati.

Coba simak hadist yang ini, "Makanlah, minumlah, bersedekahlah, dan berpakaianlah dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak makhilah (sombong)." (HR. Ahmad, An-Nasa'i, Ibnu Majah, Al-Hakim).

Hati-hati. Saya sangat bersedih karena pernah begitu bodoh melanggar adab ini. Maka, ketika harus mengajarkan yang benar pada anak kami, tentu saya yang mesti belajar lebih banyak dan mengamalkannya.

Kapan saya bisa memulai penerapannya?

Saya mengambil referensi soal mengajarkan adab makan juga dari buku Islamic Parenting. Beliau menulis soal makan ini pada bab pendidikan anak usia 4-10 tahun. Artinya, belajar soal adab makan tepat di mulai pada usia empat tahun. Begitu saya memahaminya.

Dalam buku itu, ada sepenggal cerita bahwa Umar Bin Abu Salamah pernah berkisah, "Ketika masih kecil aku berada di pangkuan nabi shallallahu'alaihi wasallam dan tanganku menjalar kemana-mana di atas nampan. Rasulullah bersabda padaku, "Hai bocah, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang ada didekatmu." Maka senantiasa seperti itulah cara makanku sesudahnya."

Berdasarkan kisah ini, ada tiga petikan adab yang bisa lebih dahulu kita ajarkan sebelum adab makan lainnya. Jikalau banyak anak yang memahami pentingnya ketiga adab ini, mungkin saja anak seperti Umar bin Abu Salamah akan bertaburan dimuka bumi. InsyaAllah, wallahu'alam. Saya hanya memikirkan yang indah dalam proses mendidik anak-anak kami.

Makan menjadi sangat buruk sampai kita pikir bahwa hidup melulu soal mengisi perut. Maka tak heran banyak ibu yang menjejali anaknya dengan makan hingga kenyang tak tertanggung, mereka pikir makan banyak itu dibutuhkan anak. Padahal perut yang kenyang akan menyebabkan tubuh bengkok, dan artinya tubuh itu siap bermalas-malasan dan ingin tidur. Apa jadinya kalau begitu hingga dewasa?

Apakah bunda pernah makan kekenyangan? Enak? Jangan sampai anak mengalami hal serupa kalau kita tahu rasanya sungguh tak enak.

Anak pertama saya, Zaid. Usianya kini 6 tahun. Dulu saya pikir biarlah dia makan yang banyak karena tubuhnya akan kuat serta merta. Namun apa yang terjadi malah sebaliknya. Penyakit datang silih berganti tak sudah-sudah. Meski mampu di atasi dan tubuhnya belajar lebih imun lagi, tapi saya tahu ini sebab makan yang berlebihan.

Tubuhnya memang bertambah tinggi, tapi dia hampir mengalami obesitas saat berusia 2,5 tahun. 22 kilogram. Zaid jadi kesulitan pupup dengan jongkok, karena terganjal perutnya yang menggendut. Hingga usianya yang sekarang, setiap jongkok Zaid selalu sedikit jinjit dan tidak bisa tegak tanpa berpegangan. Maka edisi pupup lebih tenang dengan kloset duduk.

Dulu memang wajahnya menjadi lucu dan menggemaskan. Namun tak ada gunanya wajah itu kalau segala sakit bisa bersarang kapan saja di dalam tubuhnya. Kemudian saya membatasinya minum susu formula dan makanan yang kaya karbohidrat. Lama kelamaan saya menghentikan susu secara total dan menggantinya mengkonsumsi madu dan kurma dengan lebih baik.

Hal yang sama juga saya lakukan pada adik-adiknya. Saya menemukan dampak yang baik pada pengaturan pola makan ini. Terutama berhenti memberi makan berlebih pada anak. Ya, cemilan tidak berguna sama sekali jika anak memang makan dengan baik.

Sampai hari ini jarang sekali saya temui anak kami sakit, paling-paling hanya demam sebentar. Dan itu normal sebagai bagian dari wujud pertahanan diri anak yang baik ketika melawan sakit. Zaid serta adik-adiknya tidak kesulitan makan sama sekali. Jika di usianya yang kini enam tahun dan makannya lebih banyak dibanding temannya, saya pikir wajar karena tubuhnya memang lebih besar bahkan paling besar diantara teman seusianya. Dan Zaid juga anak yang aktif. Jadi dia butuh energi yang besar agar bisa terus beraktivitas.

Allah sudah mengatur berapa banyak kebutuhan lambung kita, maka soal makan sebaiknya jangan terlalu khawatir. Dan untuk anak, temani proses mereka menjaga lambungnya. Toh, hidup bukan untuk makan kan? 😊😊😊

#ummuzaid

Referensi:
Ensiklopedia Hadist
Ensiklopedi Adab Islam
Islamic Parenting
Al-Adab Al-Mufrad
https://rumaysho.com/1114-sebelum-makan-bacalah-bismillah.html
https://rumaysho.com/5981-makan-bersama-setan.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Seperti yang Kamu Pikir

Sabun Cuci Muka Berjerawat

Sabun Ummuzaid