BODYGUARD KENA MACET


Foto : macet (pixabay.com)


Awal-awal dengar libur telah tiba (kayak si Tasya bilang), keluarga kita gak kenak tethering nya. Seumur-umur saya nikah dengan paksu, saya ingatnya - orang libur beliau kerja atau orang kerja beliau libur. Lagian, biasanya itu kan musim macet di mana-mana, enak lagi musim duren kan. Hihihi

Saya sih maklum banget kalau paksu berbeda dari kebanyakan bapak-bapak di dunia ini. Sudah lulus juga menghadapi yang begituan, namanya juga paksu ini berstatus tiket surga, dosa saya kalau maksa beliau ikutan cuti bersama.

----


Foto : pantai cermin (pasangmata.com) 

Pucuk di cinta ulam pun tiba, ada pungguk betul-betul kedatangan bulan. #eh.. Awal tahun 2018 ini agak berbeda, abinya anak-anak berkabar baik di hari Jumat, katanya "kemana kita minggu ni yank", berasa bulan itu menimpah diri ini, siang bolong.

Saya terkesima seperti cinta pandangan pertama, ini untuk kesekian kali. Tapi tiba-tiba saya teringat, "jebakan batman ni". Ups...gombal pulau kelapa, disana gunung disini gunung, tengah-tengah ular sawah.

"yank...yank... kapan sih ayank ada tanggal merah?".

"eh... jangan salah nona, kita libur ni".

Lihat wajah, tatap dalam-dalam. Ih... bener, ciyus. Langsung ambil posisi merapat kan, lihat-lihat dolar terkendali gak ni, jangan-jangan dompet saya juga hilang separuh.

Lepas percakapan, kita tilpunan. Cari kawan, biasa. Liburan pernah cuma berlima, alhasil pulang cepat karena tak sedap, kocar-kacir ngurus anak, makanan di embat kucing. #naseb

Ada ide main ke pantai, kepikiran anak-anak belum pernah di ajak main pasir air asin beneran, juga lihat gelombang pasang. Sepertinya bapak mikir seriusan, khawatir balita kami yang doyan lihat cebong ini cari ikan beneran kayak nelayan.

Dalam perjalanan yang di mulai kesiangan, yakinlah kami bahwa hanya Allah yang tahu siapa hambaNya yang siap di ajak macet sambil kelaparan. Perjalanan dari Medan ke Pantai Cermin biasanya paling hebat dua jam, sejak pakai tol, bisa satu setengah jam saja. Tapi kita, masyaAllah,  hampir 4 jam. Baik luruskan perjalanan ke Siantar Zoo kan.

Kita lapar, anak rewel, jangan di senggol deh.. bahaya. Tapi bukan kita namanya kalau gak ada ide brilian, wong ini mobil di package dengan makanan. Buka dikit, kunyah. Apa yang didapat tangan dengan meraba-raba jok belakang, sikat, lenyap. Lapar mak... perut sudah keroncongan, ini bukti kita sedang liburan, liburan akal sehat.

Tips : package makanan yang mudah di jangkau saat di perjalanan, karena sewaktu-waktu macet bisa saja merubah suasana liburan. Cek tok Google, dengarkan si maps apa laporannya tentang situasi rute perjalanan, itu kerjanya mesti becus, kalau ga ngapain berat-beratin hape.


---------

Tiba di lokasi kita cuma ketawa, Alhamdulillah masih banyak orang. hahaha

Seburuk apapun perjalanan, tetaplah masih banyak hikmah yang berserak, silahkan dipungut daripada bersungut-sungut. Kita biota darat, (#benergasih) dikasi akal memetik buah pilihan. Jutek atau cukup sekian. Libur koq manyun ?

Melihat anak-anak terjerit-jerit, norak ga ketulungan, wallahu'alam antara lebay atau mendadak girang, entah. Yang jelas misi ini berhasil. Bapaknya titip pesan, "yank, jangan lepas mata dari pandangan, anak-anak liat ya".

Tips: Siapkan energi tambahan saat membawa balita lebih dari seorang ke tepi pantai, orang bilang pantai itu asyik, menyenangkan, nyatanya ibu-ibu bakal ekstra hati-hati, awas dan siaga. Untuk mewujudkan kenyamanan bersama, perbanyak lah zikir, serahkan semua hanya kepadaNya.

Lepas hajat makan, ada kejadian mengerikan. MasyaAllah. Bu e, yang mau naik kapal kecil takut goyang-goyang, sebaiknya hindari fasilitas wisata ini.

---------
Al-kisah seorang anak yang tergiur ajakan si tukang perahu. Pria berkulit hitam, bertubuh besar, batak pulak #piss, bodyguard si anak, datang menghampirinya, "naik kita?" katanya.

Sang Ibu yang terjebak dalam lingkaran pedaya, apalah sanggupnya menolak ajakan si anak, mencoba naik boat berbangku 12 orang, walaupun tensinya turun semua di kaki.

Demi cinta pada keluarga kecilnya, "biarlah derita ini kulalami, toh kalau mati, kan asbab saja", pikirnya juga. Izin Allah juga yang berkuasa bahwa telah cukup masa hidup di dunia.

Bermodalkan bismillah, harta karun yang selalu di bawa kemana-mana, si Ibu dan ketiga buah hatinya, berikut bodyguard yang bikin pasal itu, berangkat juga.

Mesin Boat dihidupkan, awalnya aman, tenang, sanggup. Anak ketawa-ketawa. Perahu makin ketengah, berasa mulai di tampar ombak, hati sang ibu kocar-kacir, anaknya kegirangan. Mencoba tabah, sang ibu mulai panik. Kalimatnya berubah zikir.

Sang bodyguard itu santai menikmati kuasa Ilahi, barangkali takjub berkesempatan membawa tiga anak kecil merasakan indahnya Allah menciptakan alam. Walaupun sambil memangku balita usia hampir tiga  tahun, sedang sang ibu dan kedua abang si balita memakai pelampung, wajahnya tetap flat, tenang. Kalau sampai sang bodyguard menjerit-jerit, alamat bawa temboklah kemana-mana.

Perahu berputar, dan tiba-tiba mesin boat dimatikan. Sang ibu sadar, inilah rezeki jantung itu olahraga. "Zikir ini mesti ditambah kuat amalan", pikirnya. Komunikasi intrapersonal dijalankan, tampak wajahnya menyerah pada takdir Tuhan. Tak lama mirip pulak kelakuannya seperti pemandu sorak, pencitraan padahal ketakutan.

Perahu akhirnya berhasil menyelesaikan tugas, penumpang diantar kembali ke tepian. MasyaAllah, Alhamdulillah, anak-anak minta diulang, namun apa daya itu kaki si ibu harus diselamatkan supaya baik-baik bisa melangkah pulang. Bahaya kalau mode profil 'getar' diaktifkan kalau kelamaan di kapal.

Tips : Sebaiknya, sebelum membawa anak bermain ke pantai, milikilah teknik berenang yang baik. Gunakan pelampung keselamatan bila mengalami kejadian serupa. Meskipun di bilang kampungan, tapi logika bisa berbicara lain. Perhatikan keselamatan.

----------------
Foto : pantainya berlumpur (pixabay.com)


Saat anak-anak kami ingin bermain kembali, air sudah mulai keruh berlumpur. Yang bungsu mulai merasa jijik karena kotor. Akhirnya terus digodain nenek karena lucu.

"loh mi...koq gini airnya?"

Pertanyaannya muncul. Saya juga heran, kenapa sore begini airnya tidak pasang dan biasanya ombak makin kencang.

Telisik punya telisik, ini di sebut 'pasang mati'. Nelayan bilang bulan muda, ada musimnya memang begini. Bibir pantai nampak surut, ombak mengecil nampak angin tidak menyapu kencang.

Alhasil hikmah selalu ada. Bak kerbau mandi, anak kami bermain berbajukan lumpur, untung bukan lumpur indo yang melebar kemana-mana, perumahan warga jadi dataran luas becek gak ada ojek.

Walaupun tak bisa menikmati air asin, ada kerjaan menarik. Hampir rata pengunjung seperti kami, mulai dari balita hingga oma opa, semua pada ngedemplok di pasir, menggali-gali mengumpulkan apa? Ya, bener. Remis. Sejenih kerang ukuran mini yang ada di balik pasir. Enak kalau masak.

----------

Foto : senja (pixabay.com)


Senja di panorama, saatnya pulang bersama rindu ke Medan, berharap macet tak terulang, kami siap-siap sudah kenyang.

Perjalanan apik, tak ada jalanan padat seperti saat bepergian awal. Masih lancar keluar Tanjung Morawa Deli Serdang.

Tak disangka justru jalan alternatif yang kami pilih untuk segera menghantarkan paksu menuju kantor kejayaan (ternyata harus masuk kerja). Eh... macet lagi, macet lagi. parah. Harusnya sampai pukul 7.30 malam. nyatanya pukul 10 malam.

Tips: musim liburan itu ramai, hindari atau hadapi.

---------

Inilah liburan kami, nyiksa-nyiksa jambu la... Hikmah luar biasa. Terutama memahami kemahabesaran Allah, betapa kita diciptakan amat sangat bergantung kepada-Nya.

Demikian cerita saya, semoga bermanfaat. 😉
















Komentar

  1. Wkwkwk ya Allah mb, aku bacanya sambil ngebayangin haha. Seru liburannya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Seperti yang Kamu Pikir

Sabun Cuci Muka Berjerawat

Sabun Ummuzaid